Jumat, 13 Januari 2012

Pembelajaran Matematika Dengan Strategi Writing In Perfomance Tasks (Wipt)

Pembelajaran Matematika Dengan 
Strategi Writing In Perfomance Tasks  (Wipt)
Untuk Meningkatkan Kemampuan 
Menulis Matematis 

Iwan Junaedi
Jurusan Matematika FMIPA UNNES

Abstract
The problem of this paper  is mathematical writing  as a part of mathematical
communication aspect that has not been developed optimally for the  students. One of
a teaching process to develop the students’ability  in mathematical writing is Writing
in Performance Tasks (WiPT) strategy. The main purpose of this paper is to
investigate whether a teaching process using WiPT strategy can increase 
students’ability in mathematical writing.  

Key words: WiPT Strategy, mathematical writing, communication.


A.  Pendahuluan
Menulis merupakan salah satu
aspek komunikasi yang perlu
dikembangkan dalam pembelajaran
matematika. Melalui aktivitas menulis,
proses belajar siswa dapat dilihat lebih 
nyata, ide-ide atau gagasan siswa dapat
didokumentasikan dalam file, dan tulisan
siswa dapat dijadikan alat evaluasi.
Hiebert dan Carpenter (dalam Masingila
dan Wisniowska, 1996)  menyatakan
bahwa menulis merupakan aktivitas yang
sangat penting  untuk membangun
jaringan mental anak. Jaringan mental
tersebut perlu dibangun untuk membentuk
pemahaman anak. Suatu ide atau konsep
baru matematika akan mudah dipahami
jika konsep yang baru dikaitkan dengan
konsep atau pengetahuan lama yang telah
dimiliki anak.
 Kajian yang terkait dengan
menulis sebagai bagian dari
pengembangan pola komunikasi yang
lebih luas telah banyak dilakukan. Ellerton
dan Clarkson (1996) menyatakan bahwa
factor-faktor bahasa telah menjadi
perhatian dari pendidik matematika.
Menurut Secada (dalam Gregor dan
Elizabeth, 1999), kecakapan bahasa,
berhubungan dengan prestasi belajar
matematika. Hasil penelitian Montis
(2000) yang menemukan bahwa terdapat
hubungan antara kesulitan berbahasa siswa
dan kesulitan siswa dalam mempelajari
matematika. Selain itu Pugale (1999)
menyatakan bahwa variabel bahasa
merupakan variabel yang sangat potensial
dalam mempelajari pemecahan masalah
matematis. 
Bahasa merupakan salah satu dari
alat komunikasi. Komunikasi adalah
pengungkapan pikiran, gagasan, ide,
pendapat, persetujuan, keinginan,
penyampaian informasi tentang suatu
peristiwa, dan lain-lain. Pengungkapan
pikiran atau gagasan matematis akan
mudah disampaikan dengan menggunakan
bahasa matematis. 
Komunikasi matematis merupakan
salah satu bahan kajian dalam
pengembangan kurikulum matematika. Di
dalam kurikulum matematika disebutkan
bahwa kemahiran matematika mencakup
kemampuan penalaran, komunikasi,
pemecahan masalah, koneksi, dan
memiliki sikap menghargai kegunaan
matematika (NCTM, 1989; Sovchik, 1995;
Depdiknas, 2004). Baroody (1993)
menyatakan bahwa ada lima aspek dalam
kegiatan komunikasi matematis, yaitu (a) Iwan Junaedi. Pembelajaran Matematika dengan



12
representing, (b) listening, (c) reading, (d)
discussing, dan (e) writing. 
Menulis (writing) merupakan salah
satu aspek dari komunikasi. Menulis
merupakan susentasi eksternal.
Representasi tersebut berupa simbol-
simbol grafis sebagai penyajian satuan-
satuan ekspresi berbahasa. Rose (dalam
Baroody, 1993) menyatakan bahwa
menulis dapat dipandang sebagai proses
berpikir keras yang dituangkan di dalam
kertas (thinking aloud on paper).  
  Kemampuan menulis merupakan
salah satu kemampuan yang harus
diajarkan dan dikembangkan. Trianto
(2002) menyatakan bahwa membelajarkan
menulis sangat penting, karena
mengkomunikasikan gagasan secara
tertulis merupakan kegiatan yang sulit
bagi banyak orang. Karena itu kemampuan
menulis matematis sebagai bagian dari
aspek komunikasi matematis perlu
diupayakan dan dikembangkan secara
optimal pada siswa  di sekolah. 
Berdasarkan uraian yang telah
disajikan permasalahannya strategi
pembelajaran seperti apakah yang dapat
digunakan untuk mengembangkan
kemampuan menulis matematis pada
siswa di sekolah? 



B.  Menulis dan Menulis Matematis
1.  Keterampilan Menulis
Menulis adalah meletakkan atau
mengatur simbol-simbol grafis yang
menyatakan pemahaman suatu bahasa,
sedemikian hingga orang lain dapat
membaca simbol-simbol grafis sebagai
bagian penyajian satuan-satuan ekspresi
bahasa (Lado dalam Ahmadi, 1990).
Menulis melibatkan  keseluruhan
rangkaian kegiatan seseorang dalam
mengungkapkan gagasan melalui bahasa
tulis kepada pembaca untuk dipahami
secara tepat seperti yang dimaksudkan
oleh penulis. Keterampilan menulis adalah
kemampuan seseorang dalam melukiskan
lambang garfis yang dimengerti oleh
penulis bahasa itu sendiri maupun orang
lain yang mempunyai persamaaan
pengertian terhadap simbol-simbol bahasa
tersebut (Nurjanah, 2005). 
Keterampilan menulis (kemahiran
menulis) tidak datang dengan sendirinya.
Trianto (2002) menyatakan bahwa
kemahiran menggunakan bahasa tulis
adalah kemahiran yang diperoleh melalui
pengajaran, pembelajaran, dan pelatihan,
yang dilakukan secara bertahap. Menulis
merupakan keterampilan yang kompleks
bahkan kadang-kadang sulit untuk
diajarkan. Untuk memperoleh kompetensi
menulis yang baik, ada beberapa
kemampuan yang haris dimiliki, yaitu:
penggunaan bahasa (language use);
penggunan  ejaan (mechanical skills);
penguasaan isi (treatment of content);
penguasaan gaya bahasa (stylistic skills);
penguasaan penulisan sesuai tujuan; dan
penguasaan audiens (Ahmad, 2002).
Kegiatan menulis melibatkan
aspek isi dan aspek bahasa. Aspek bahasa
berkaitan dengan kegiatan yang
melibatkan: (a) penggunaan tanda baca
dan ejaan; (b) penggunaan kosa-kata; (c)
penataan kalimat; (d) pengembangan
paragraf, (e) pengolahan gagasan; dan (f)
pengembangan strategi tulisan. Aspek isi
berkenaan dengan masalah pengembangan
topik ke dalam ide-ide atau pikiran-pikiran
yang relevan, mengaitkan antar konsep
atau gagasan, serta pengorganisasiannya. 

2. Menulis Matematis
Menulis merupakan bagian dari
representasi mental. Representasi
merupakan bentuk baru sebagai hasil
translasi dari suatu masalah, atau translasi
suatu diagram/model fisik ke dalam
simbol atau kata-kata (NCTM, 1989).
Aktivitas menuangkan ide-ide secara
tertulis yang berkaitan dengan matematika
merupakan bagian dari menulis matematis. 
Gipayana (2002) menyatakan bahwa
menulis sebagai aspek kemampuan
berbahasa pada hakekatnya merupakan
refleksi pikiran. Karena itu aktivitas
menulis matematis merupakan Iwan Junaedi. Pembelajaran Matematika dengan


13
representasi dari gambaran mental
seseorang yang divisualisasikan dalam
bentuk simbol-simbol grafis maupun
simbol-simbol matematis.  
Representasi dapat dinyatakan
secara internal maupun secara eksternal.
Berpikir ide matematis yang
dikomunikasikan dalam wujud verbal,
gambar, grafik, tabel, diagram, dan benda
konkrit merupakan representasi eksternal
(Hudoyo, 2005). Tindakan representasi
eksternal tersebut dipandang sebagai
pengejawantahan dari ide-ide atau konsep-
konsep (Janvier, Girardon, dan Morand
(1993). Sementara itu berfikir tentang ide
matematis yang memungkinkan pikiran
seseorang bekerja atas dasar ide tersebut
merupakan  representasi internal.
Representasi internal tidak dapat diamati
karena adanya di dalam mental (Hudoyo,
2005). Melalui representasi eksternal, ide-
ide matematis menjadi lebih konkrit.
Dengan representasi ini siswa dapat
mengkonstruksi pemahaman dan
penalaran matematisnya, selanjutnya siswa
dapat mengkomunikasikan dan
mendemonstrasikan pemahaman dan
penalarannya. Representasi juga telah
digunakan untuk menggambarkan proses
pemecahan masalah dalam pembelajaran
matematika. Cifarelli  (1995) menyatakan
bahwa keberhasilan siswa dalam
memecahkan masalah mungkin terjadi
karena kemampuan mereka dalam
menyusun representasi masalah dan
menggunakan representasi tersebut
sebagai bantuan dalam memahami situasi
dan hubungan antar situasi. Misalnya
menyelesaikan suatu masalah dengan
terlebih dahulu mengubah masalah ke
dalam bentuk representasi matematis
seperti menggunakan persamaan aljabar
(math. expressions) dan menggunakan
kata-kata (written texts). Secara spesifik
representasi masalah merupakan sebuah
struktur kognitif yang disusun oleh si
pemecah masalah pada saat
menginterpretasikan suatu masalah
(Yackel dalam Cifarelli, 1995).     
 Menulis matematis sebagai bentuk
dari representasi eksternal mengikuti
kaidah tata bahasa.  Menurut Usiskin
(1996),

Every language has a grammar, and a
number of terms introduced in today’s
schoolbooks make it obvious that
mathematics  has grammar like the
spoken language: 
3 + 4x and 56.2 – 0.2 are called
expressions, and x=2 and 3x + y < 50
are sentences.
Kemampuan menulis matematis
sangat terkait dengan kesadaran kata
(words awareness) dan kesadaran sintaksis
(syntax awareness) (Gregor dan Elizabeth,
1999). Kesadaran kata berkaitan dengan
lambang sebagai representasi kata.
Lambang atau simbol adalah tanda yang
diberikan dengan makna tertentu, yaitu
sesuatu yang dicerap panca indera.
Kesadaran lambang, seperti memanipulasi
simbol-simbol dalam  pernyataan aljabar
berkaitan dengan kesadaran kata. Sebagai
contoh (x+2) dapat diperlakukan sebagai
kuantitas tunggal untuk kepentingan
manipulasi secara aljabar.
Kemampuan menulis matematis
juga terkait dengan kesadaran sintaksis.
Kesadaran sintaksis meliputi pengenalan
mengenai  well-formedness, misalnya
2x=10 ⇒ x=5  termasuk dalam kategori
well-formedness, sedangkan  2x=10=5
tidak well-formedness. Kemampuan untuk
membuat pertimbangan tentang
bagaimana struktur sintaksis akan berlaku
pada pengambilan kesimpulan. Misalnya
pengetahuan bahwa jika  a - b =  x adalah
suatu statemen benar, maka secara umum 
b - a = x tidak benar.
Knuth (1989) menyatakan bahwa
beberapa cara dalam menulis matematis
seperti (a) memisahkan simbol-simbol
yang berbeda dari kata, (b) tidak memulai
kalimat dengan symbol, (c) tidak
menggunakan simbol-simbol
∀ ∋ ∴ ∃ ⇒ ⇔ , , , , , dan lain-lain diawal
teks kalimat, kecuali digunakan pada Iwan Junaedi. Pembelajaran Matematika dengan



14
logika, dan (d) menulis kalimat atau
teorema secara lengkap. 
Menurut Sipka (1989) menulis
matematis dibagi dalam dua kategori
yakni  informal dan  formal.  Menulis
matematis yang termasuk dalam kategori
informal meliputi (a)  in-class writing; (b)
math autobiographies; (c)  reading logs;
(d)  journals; dan (e)  letters. Tipe menulis
in-class writing dibagi menjadi dua yakni
focused writing dan  free writing.
Pembelajaran menulis melalui  focused
writing ditandai  dengan terlebih dahulu
menentukan topik-topik atau tugas-tugas
matematis. Penentuan pemilihan topik
atau tugas dapat dilakukan oleh guru
maupun oleh siswa. Tugas tersebut
misalnya menyelesaikan soal uraian,
membuat rangkuman (summary),
menuliskan hasil diskusi, mengidentifikasi
atau menentukan langkah-langkah
menyelesaikan suatu soal, tugas-tugas
matematis, atau mendiskusikan topik-topik
tertentu.

3.  Proses Menulis  
Untuk memulai menulis, dilakukan
melalui proses atau tahap-tahap dalam
menulis.  Curcio dan Neece (1993)
menyatakan bahwa tahap-tahap dalam
menulis matematis dapat dilakukan
dengan langkah  brainstroming,
prewriting, writing, conferencing, revising
and editing, publishing, and sharing. 
Brainstroming dapat dilakukan pada
setting kelompok kecil. Siswa diberi
pertanyaan untuk memikirkan tentang
tugas atau topik, selanjutnya siswa diminta
untuk mendiskusikan dengan
kelompoknya, kemudian siswa diminta
untuk melakukan pra menulis (prewrite)
dan memuli kegiatan menulis (writing).
 
Setelah proses menulis langkah
selanjutnya adalah mendiskusikan dalam
kelompok (conferencing).  Pada saat
diskusi ini siswa diminta untuk
memberikan kritik dan analisisnya. 
Setelah proses ini siswa diminta
melakukan editing dan revisi dari tulisan
yang dibuatnya.  Tahap yang terakhir
adalah publikasi. Siswa dapat
mempublikasikan dalam portfolio siswa
maupun dalam majalah dinding di kelas
atau sekolah. Melalui publikasi ini 
masing-masing siswa dapat saling berbagi
informasi.  
Supaya struktur penulisan jelas,
maka guru dapat membuat kesepakatan
dengan siswa tentang hal-hal yang akan
ditulis. Misalnya menyelesaikan soal-soal
antara lain  memuat: apa yang diketahui,
apa yang ditanyakan, model matematika,
strategi penyelesaian, dan melihat kembali
penyelesaian.

C.  Strategi Pembelajaran Menulis
Matematis 
1.  Strategi  Writing in Performance
Tasks (WiPT)
Salah satu pembelajaran
matematika yang dapat meningkatkan
kemampuan menulis matematis adalah
pembelajaran dengan strategi  Writing in
Performance Tasks  (WiPT).  Strategi
pembelajaran ini dirancang dengan
meminta siswa mendemonstrasikan dan
mengkomunikasikan pemahaman
matematis siswa melalui suatu tugas.
Tugas-tugas menulis matematis dibagi
menjadi dua bagian yaitu: (a)
mengemukakan permasalahan dengan
menggunakan bahasa sendiri, dan (b)
menunjukkan atau mendemonstrasikan 
solusi dari tugas-tugas yang diberikan
(NCTM, 2000). 
Rancangan tugas diupayakan
memuat urutan-urutan atau prosedur kerja
sehingga tujuan yang hendak dicapai
menjadi jelas. Berikut salah satu cara
untuk meningkatkan kualitas menulis
matematis: (a) tulis solusi dari suatu
masalah sehingga pembaca mengetahui
permasalahannya; (b) tunjukkan semua
pekerjaan atau proses solusinya, termasuk
perhitungan; (c) tulisan diorganisir ke
dalam tahap demi tahap, buatlah diagram
atau tabel sehingga mudah dibaca; (d) Iwan Junaedi. Pembelajaran Matematika dengan


15
baca kembali apa-apa yang telah
dikerjakan termasuk kata-kata dan
perhitungannya; dan (e) tampilkan
pekerjaan yang terbaik, rapi, dan mudah
untuk dibaca (NCTM,  2000).
Menurut Masingila dan Wisniowska
(1996), tugas (tasks) dirancang sedemikian
hingga memungkinkan siswa untuk
mengkomunikasikan dan men-
demonstrasikan apa yang dipahami dan
dipikirkan.  Bila ditinjau dari objek
penerima tugas, ada dua jenis performance
tasks, yaitu (a)  individual tasks dan (b)
group tasks.  Tugas-tugas individual
dirancang supaya bekerja secara
individual. Tugas yang diberikan secara
individual dapat diberikan secara klasikal.
Dengan catatan bahwa bila tasks diberikan
secara klasikal, maka pada saat
pembelajaran  tasks yang diberikan juga
secara klasikal  dan tidak ada bantuan guru
yang bersifat individual. 
Siswa tidak melakukan diskusi atau
brainstorming dengan teman lain dalam
menyelesaikan  tugas. Keuntungan bekerja
secara individual adalah membentuk siswa
untuk berjiwa mandiri dalam bekerja.
Pada  group tasks, tugas-tugas
diberikan kepada siswa secara
berkelompok. Siswa dapat berdiskusi,
bekerja sama, saling membantu dan saling
sharing. Masingila dan Winiowska (1996)
menyatakan bahwa keuntungan dari group
tasks ini adalah sebagai berikut: (a) siswa
dapat melakukan refleksi secara individual
maupun bersama-sama tentang suatu
tugas; (b) siswa dapat mengkomu-
nikasikan tugas-tugas antara satu dengan
yang lain; (c) siswa dapat mendengarkan
anggota grup lain dalam
mengkomunikasikan tugas-tugas; (d)
siswa dapat  meng-komunikasikan apa
yang mereka pikirkan dengan grup yang
lain dan meyakinkan apa yang
direncanakan atau akan diselesaikan; (e)
siswa dapat menilai jawaban yang dibuat
antar siswa; dan (f) siswa dapat
merencanakan bersama bagaimana meng-
komunikasikan jawaban yang dibuat
dalam grup tersebut.  
 Berdasarkan uraian yang telah
disebutkan dirancang suatu prosedur yang
meng-gambarkan karakterisitik dari
strategi pembelajaran WiPT difokuskan
pada penyelesaian tugas-tugas matematis,
misalnya  penyelesaian soal-soal
matematika, menulis kesimpulan
pembelajaran, menulis dengan bahasa
sendiri, membuat gambar, tabel, grafik dan
tugas membuat rangkuman pembelajaran. 
 
2.  Implementasi Strategi WiPT 
Strategi WiPT  berisi rentetan
kegiatan pembelajaran yang dapat
dijadikan sebagai pedoman agar
kompetensi menulis matematis sebagai
tujuan pembelajaran dapat tercapai secara
optimal. Penerapan strategi  WiPT 
dilakukan dengan langkah-langkah: (a)
menyampaikan tujuan  pembelajaran, (b)
mengorganisasikan siswa, (c) memberikan
tugas-tugas menulis matematis, (d)
membimbing penyelesain tugas menulis
matematis, (e) mendemonstrasikan hasil
tugas-tugas menulis matematis, dan (f)
mendokumentasikan hasil tugas menulis
matematis.  
Langkah-langkah stra-tegi WiPT
yang telah diuraikan dapat dirancang
dengan berbagai teknik menulis
matematis. Teknik-teknik ter-sebut antara
lain: (a) teknik meneruskan tulisan; (b)
mengerangkakan tulisan; (c) menuliskan
dikte, menarasikan tabel, grafik, diagram,
dan peta; (d) menuliskan diri sendiri
(refleksi), menulis dari gambar; dan (e)
menulis dari tabel.  
Penerapan strategi WiPT dapat
digunakan sebagai strategi pembelajaran
matematika di sekolah karena: (a) strategi
WiPT dapat diterapkan untuk seluruh
Standar komptensi (SK) dan  Kompetensi
Dasar (KD); (b) pembelajaran dengan
strategi WiPT dapat disesuaikan dengan
tingkat perkembangan mental siswa; (c)
strategi WiPT dapat diterapkan secara
individual, klasikal atau kelompok; (d)  Iwan Junaedi. Pembelajaran Matematika dengan



16
strategi WiPT dapat digunakan sebagai
inovasi pembelajaran matematika; (e)
strategi WiPT dapat meningkatkan
disposisi matematis siswa. Disposisi
matematis yang dimaksud adalah (a)
kepercayaan diri siswa dalam
menggunakan matematika untuk
memecahkan masalah, menyampaikan
gagasan dan memberi alasan; (b)
keluwesan (flexibility) dalam menggali
ide-ide matematis dan mencoba metode-
metode alternatif dalam memecahkan
masalah; (c) kemauan untuk menekuni
tugas-tugas matematis; (d) ketertarikan
dan keingintahuan  untuk menemukan
sesuatu yang baru dalam mengerjakan
matematika; (e) kecenderungan untuk
merefleksikan apa yang dipikirkan dan
dilakukan; (f) menghargai kegunaan
matematika pada disiplin ilmu yang lain
maupun dalam kehidupan sehari-hari; dan
(g) mengapresiasi tentang peran
matematika di dalam budaya siswa, dan
perannya sebagai alat dan sebagai bahasa
(NCTM, 1989).  
 
3.  Tugas-Tugas Menulis Mate-matis
dengan Strategi  WiPT

Pendidik matematika dituntut
memiliki kemampuan membuat tugas-
tugas menulis matematis yang dapat
mengembangkan kemampuan menulis 
matematis siswa, khususnya dengan
strategi WiPT. Keith (1989) menyatakan
bahwa tugas-tugas menulis matematis
dapat dirancang sesuai dengan ranah
kognitif Taksonomi Bloom. Dengan
Taksonomi Bloom memudahkan guru
dalam membuat tugas-tugas matematis
dalam rangka meningkatkan kemampuan
menulis dan pemahaman matematis siswa.
Misalnya tugas disesuaikan dengan level
kogitif yang hendak dicapai. Tugas-tugas
menulis matematis tersebut antara lain
dapat dicontohkan seperti berikut ini.
a. Writing for Knowledge
Tugas-tugas menulis yang
berkaitan dengan aspek pengetahuan,
adalah tugas-tugas menulis yang
membangkitkan kembali hafalan dan
ingatan, misalnya mengingatkan kembali
tentang fakta, konsep, definisi, simbul,
istilah, dalil prosedur secara tertulis.
Misalnya menuliskan kembali tentang
simbol atau konsep dengan bahasa sendiri.
Tipe dari aktivitas dan tugas-tugas untuk
aspek ini adalah menulis pendek, misalnya
meringkas teorema atau algoritma,
menulis definisi dengan bahasa sendiri,
menuliskan konsep yang telah diketahui.
Contoh tugas:  Tulislah definisi sebuah
polinomial dalam  x, untuk x real. Respon
dari tugas ini akan bermacam-macam.
Misalnya sebuah polinomial seperti
ax
2
+bx+c, polinomial adalah persamaan
dari sebuah kurva, dan sebagainya.

b. Writing for Comprehension
Selain tugas-tugas menulis matematis
diberikan pada level ingatan,  kita juga
dapat mengintegrasikan ingatan tentang
fakta dengan gagasan-gagasan yang lain,
seperti mengaitkan ingatan dengan
gambar, meringkas, mengubah dari suatu
bentuk ke bentuk yang lain. 
Ada tiga macam aspek pemahaman,
yaitu (a) pengubahan (translation); (b)
pemberian arti (interpretation); dan (c)
pembuatan ekstrapolasi (extrapolation)
(Ruseffendi, 1991). Contoh dari translasi
misalnya menuliskan kembali soal  cerita
ke dalam simbol dan sebaliknya. Contoh
dari  interpretation misalnya mengartikan
suatu kesamaan. Contoh dari ekstrapolasi
misalnya memperkirakan kecenderungan
dari suatu tren grafik.

c. Writing for Application
Aplikasi adalah kemampuan
seseorang menggunakan apa yang
diperolehnya (generalisasi, abstraksi,
aturan, dalil, prosedur dan metode) dalam
situasi khusus yang baru, dan konkrit
(Ruseffendi, 1991). Aplikasi
penekanannya kepada mengenal apa-apa
yang perlu diketahui dan mengenal
kegunaannya, memilihnya, kemudian
menggunakan. Iwan Junaedi. Pembelajaran Matematika dengan


17
Keith (1989) menyatakan bahwa
aktivitas dari tugas-tugas menulis
matematis yang berkaitan dengan aplikasi
misalnya meminta siswa untuk
menjelaskan bagaimana memecahkan
suatu masalah/soal, menjelaskan
bagaimana suatu konsep matematika 
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
(real life). 
 
d. Writing for Analysis  
Menganalisis adalah kemampuan
memisahkan materi (informasi) ke dalam
bagian-bagian, mencari hubungan antara
bagian-bagiannya, dan mengamati sistem
bagian-bagiannya; mampu melihat
(mengenal) komponen-komponennya,
bagaimana komponen-komponen itu ber-
hubungan dan terorganisasikan.  Contoh
dari kegiatan untuk tugas-tugas menulis
yang berkaitan dengan analisis misalnya
membuat rangkuman dari dua pokok
bahasan kemudian sampai kepada
pembuatan kesimpulan dari   hubungan
antara dua pokok bahasan tersebut.  

e.  Writing for Synthesis
Sintesis adalah kemampuan
bekerja dengan bagian-bagiannya,
potongan-potongannya, unsur-unsurnya,
dan semacamnya. Dan menyusunnya
menjadi suatu kebulatan baru seperti pola
dan struktur (Ruseffendi, 1991).  Aktivitas
dari tugas-tugas menulis matematis pada
level ini misalnya menemukan suatu
problem yang dikaitkan dengan kehidupan
sehari-hari yang dikaitkan dengan
teorema. 
f.  Writing for Evaluation  
Tugas-tugas menulis yang
berkaitan dengan aspek evaluasi adalah
tugas yang membangkitkan kemampuan
siswa membuat kriteria, memberikan
pertimbangan, mengkaji kekeliruan,
ketepatan, dan mampu memberikan
penilaian. Aspek evaluasi pada Taksonomi
Bloom ini merupakan level yang paling
tinggi. 
Keith (1989) menyatakan bahwa
aktivitas dari tugas-tugas matematis pada
level evaluation misalnya menuliskan soal
dari suatu pokok bahasan dan menukarkan
soal tes ini dengan temannya. Kegiatan
dari tugas-tugas menulis yang berkaitan
dengan aspek evaluasi misalnya
menyelesaikan soal-soal yang tidak rutin,
menemukan hubungan antar konsep,
menunjukkan benarnya suatu generalisasi. 
Selain tugas-tugas menulis yang
dikaitkan dengan aspek perkembangan
kognitif yang dikaitkan dengan Taksonom
Bloom, tugas-tugas menulis matematis
juga dapat berupa  soal atau masalah yang
bersifat "open-ended” atau “goal-free
question”. Menurut Shimada & Becker
(dalam Ellerton dan Clarkson, 1996)
“open-ended” atau “goal-free  question”.
merupakan suatu pendekatan dalam
pembelajaran matematika yang memberi
peluang berkembangnya daya matematis
(mathematical power). 
Bentuk tugas yang lain yang dapat
mengembangkan kemampuan pemahaman
matematis melalui kegiatan menulis
matematis adalah menulis melalui problem
posing.  Problem posing adalah
mengajukan kembali soal (situasi masalah)
yang kompleks menjadi lebih sederhana
atau mudah dipahami.  Problem posing
mencakup dua kegiatan yaitu: (a)
membuat pertanyaan baru dari situasi
masalah atau dari pengalaman siswa, dan
(b) membuat pertanyaan dari pertanyaan
lain yang sudah ada. Problem posing yang
dibuat siswa dapat dibagi dalam tiga
kategori yaitu: (a) pertanyaan matematika;
(b) pertanyaan non matematika; dan (c)
pernyataan (Cai, Lane dan Jakabesin,
1996). Pertanyaan matematika dapat
dibagi menjadi dua yaitu pertanyaan yang
dapat diselesaikan, dan pertanyaaan yang
tidak dapat diselesaikan. Pertanyaan
matematika yang dapat diselesaikan
dibedakan menjadi dua yaitu: (a)
pertanyaan  yang dapat diselesaikan tetapi
tidak memuat informasi baru; dan (b)
pertanyaan yang dapat diselesaikan dan
memuat informasi baru. 
Tugas-tugas menulis matematis
merupakan sarana untuk mengembangkan Iwan Junaedi. Pembelajaran Matematika dengan



18
kemampuan menulis dan pemahman
matematis siswa. Tugas-tugas tersebut
tentunya harus disesuaikan dengan tingkat
perkembangan mental siswa. Misalnya
dalam memberikan tugas menulis pada
siswa yang berada pada tahap operasi
konkrit, siswa dapat dibantu dengan
gambar atau alat peraga yang
memudahkan siswa dalam menuangkan
gagasan atau ide-idenya. Tugas-tugas
menulis matematis dapat membantu guru
dalam memantau kinerja dan pemahaman
siswa. Dengan menulis guru dapat melihat
proses maupun hasil dari apa yang siswa
pikirkan dan pahami yang kemudian
dituangkan melalui tulisan.   
Aktivitas siswa setelah
memperoleh tugas-tugas menulis
matematis adalah (a) menulis solusi
terhadap masalah/tugas yang diberikan
termasuk perhitungan; (b)
mengorgaisasikan semua pekerjaan
langkah demi langkah, penyelesaian
menggunakan grafik, gambar, atau tabel;
(c) mengorekasi semua pekejaan sehingga
yakin tidak ada pekerjaan atau perhitungan
yang ketinggalan; dan (d) meyakini bahwa
pekerjaan yang terbaik, yaitu lengkap,
mudah dibaca dan terjamin keasliannya
(Ansari, 2004).



D. Penutup
1. Kesimpulan
Salah satu pembelajaran
matematika yang dapat meningkatkan
kemampuan menulis matematis adalah
pembelajaran dengan strategi  Writing in
Performance Tasks  (WiPT).  Strategi
pembelajaran ini dirancang dengan
meminta siswa mendemonstrasikan dan
mengkomunikasikan pemahaman
matematis siswa melalui suatu tugas. 
Penerapan strategi  WiPT 
dilakukan dengan langkah-langkah: (a)
menyampaikan tujuan  pembelajaran, (b)
mengorganisasikan siswa, (c) memberikan
tugas-tugas menulis matematis, (d)
membimbing penyelesain tugas menulis
matemeatis, (e) mendemonstrasikan hasil
tugas-tugas menulis matematis, dan (f)
mendokumentasikan hasil tugas menulis
matematis.  
2. Rekomendasi
Beberapa rekomendasi yang dapat
diuajukan dalam makalah ini adalah (a)
diperlukan kajian yang mendalam
(penelitian) yang berkaitan dengan
implemetasi strategi WiPT di kelas, (b)
tugas-tugas menulis dirancang sesaui
dengan perkembangan mental peserta
didik, dan (3) diperlukan variasi tugas
untuk mengembangkan kemampuan
menulis matematis.     



Daftar Pustaka

Ahmad (2002).  Pengembangan Wacana Menulis. Makalah disajikan dalam Lokakarya
Nasional Pengembangan Membaca dan Manulis bagi Guru SLTP Tanggal 5 s.d. 10
Oktober 2002. 

Ahmadi, M. (1990).  Strategi Belajar Mengajar Ketrampilan Berbahasa dan Apresiasi
Sastra. Malang: YA 3 Malang

Baroody. A.J. (1993).  Problem Solving, Reasoning, and Communicating. New York:
Macmillan Publising
 Iwan Junaedi. Pembelajaran Matematika dengan


19
Curcio, F. dan McNeece, L. (1993). The Case of Video Viewing, Reading, and Writing in
Mathematics Class: Solving the Mystery. Journal The Mathematics Teacher Vol. 86,
No. 8. November 1993.

Cifarelli, V.V. (1998).  The Development Of Mental  Representations as a Problem
Solving Activity. Journal of Mathematical Behavior (JMB). Volume 17. No. 2. p. 239
–269. 
Departemen Pendidikan Nasional (2004). Kurikulum 2004 Mata Pelajaran Matematika
SD. Jakarta: Direktorat Pendidika Lanjutan Pertama

Dougherty, B. J. (1996). The Write Way: A look at Journal Writing in First-Year
Algebra. Journal The Mathematics Teacher Vol. 89, N0.7. October 1996

Ellerton, N. dan Clarkson, P. (1996). Language Factors in Mathematics Teaching and
Learning. A.J. Bhisop et al.  International Handbook of Mathematics Education, 987-
1033. Netherlands: Kluwer Academic Publishers

Gipayana, M. 2002.  Pengajaran Literasi dan penilaian Portfolio dalam Pembelajaran
Menulis di SD. UPI: Disertasi tidak diterbitkan.

Gregor, M. dan Elizabeth, P. (1999). An Exploration of Aspects Of Language Proficiency
and Algebra Learning.  Journal The Mathematics Teacher. Vol. 30. No.4  hal 449-467

Hudoyo, H. (1995). Kapita Selekta Pembelajaran Matematika. Malang: UM Press 
Keith, S. Z. (1989). Writing for Eucational Objectives in a Calculus Course. Using
Writing to Teach Mathematics. (Ed.) Andrew Sterrett. Mathematical Association of
America (MAA Notes Series). 

Knuth, J.  (1989). Using Writing to Teach Mathematics. (Ed.) Andrew Sterrett.
Mathematical Association of America (MAA Notes Series).

Masingila, J. O. dan Wisniowska, E. P. (1996).  Developing and Assessing Mathematical
Undestanding in Calculus through Writing. Years Book 1996 Ed. Elliott, Portia dan
Kenney, Margaret. Communication in Mathematics K-12 and Beyond. USA:NCTM

Montis, K. K. (2000). Language Development and Concept Flexibility in Dyscalculia: A
case study. Journal for Research in Mathematics Education. 31 (5), 541-556
National Council of Teachers of Mathematics (2000).  Principles and Standards for
School Mathematics. NCTM: Reston VA

National Council of Teachers of Mathematics (1989). Curriculum and Evaluation  for
School Mathematics. NCTM: Reston VA

Nurjanah, N. (2005).   Penerapan Model Belajar Konstruktivisme dalam Pembelajaran
Menulis Bahasa Indonesia. UPI: Disertasi tidak diterbitkan

Pugale, K. D. (2001). Using Communication to Develop Students Mathematical Literacy.
Mathematics Teaching in The Middle School Vol 6 No 5 January. Hal. 296-299
 Iwan Junaedi. Pembelajaran Matematika dengan



20
Rose, B. (1989). Using Expressive Writing to Support Mathematics Instruction: benefit
for the Student, Teacher, and Classroom. (Ed) Andrew Sterrett.  Mathematical
Association of America (MAA Notes Series).

Ruseffendi, H. E. T. (1990).  Pengantar  Kepada Membantu Guru Mengembangkan
Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung:
Tarsito

Sipka, T. (1989). Writing in Mathematics: A Plethora of Possibilities. Using Writing to
Teach Mathematics. (Ed) Andrew Sterrett.  Mathematical Association of America
(MAA Notes Series).

Sovchik, R. J. (1995).  Teaching Mathematics to Children. New York: Harper Collins
College Publisher Inc.

Trianto, A. (2002). Pembelajaran Keterampilan Menulis. Makalah disajian dalam
Lokakarya Nasional Membaca dan Manulis Training of  Trainer (TOT) bagi Guru
SLTP, pada tanggal 3. s.d. 14 Juli 2002

Usiskin, Z. (1996). Mathematucs as a Language. Years Book 1996. Communication in
Mathematics K-12 and Beyond. USA:NCTM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar